Sabtu, 17 April 2010

Sate Afrika

Kapan tau kemaren-kemaren gw lupa tanggal berapa, gw berniat sekali untuk makan sate afrika yang terkenal seantero Jakarta itu. Kebetulan juga hari itu tanggal muda sehingga masih bisa sedikit belagu makan di luar (Actually, gw emang selalu makan di luar. Soalnya kalo makan di dalem, entar hamil. Gw juga selalu makan menggunakan pelindung #cabulsporadis).

Sebenernya gw ga tau sama sekali, dimana itu sate afrika berada. Tapi percuma lu hidup kalo lu masih tanya-tanya hal sepele gitu ke orang. Ingat pepatah ini: Malu bertanya,emang lu harus maluuuu.Hareee gene tanya-tanyaaa.Googling kaleee.Googling! Googling is the new nanya-nanya-ga-penting (Pepatah terpanjang dan ternyolot).

Malam sebelum hari H, gw googling dengan keyword : Sate afrika. Dan muncullah berderetan situs dengan keyword sate afrika, yang membuktikan betapa fenomenalnya penganan ini di kalangan pengguna internet. Gw buka salah satu situs, disitu dibilang sate afrika beralamat di Jl.KS.Tubun di dekat museum tekstil. Oke. Gampang berarti. Siapa sih yang tidak tau museum tekstil? Semua pasti tau. Tunggu....tunggu. Gw ga tau. Ah..tapi siapa sih kecuali gw yang tidak tau museum tekstil.? Bodoh sekali orang-orang kecuali gw yang tidak tau museum tekstil yang sangat terkenal itu.

Selain alamatnya, gw juga dapet beberapa fakta tentang sate afrika dari beberapa blog itu. Diantaranya:

  1. Sate afrika bentuknya tidak seperti sate. Tidak ditusuk. Namun berbentuk onggokan-onggokan daging.
  2. Kita bisa milih mau makan sate pake nasi atau pake pisang. Atau mau makan nasi pake pisang tanpa sate kalo kamu kere.
  3. Satenya juga dimakan dengan sambel dan mustard. Lezat kayanya. Gw suka banget emang mustard. Apalagi kalo ada di burger atau dicolek-colek pake kentang goreng.
  4. Yang paling penting nih, harganya berkisar 40 ribu satu porsi. Pas. Gw ga mau pergi jauh-jauh hanya untuk makanan seharga 5 ribu. Kurang bernilai untuk dikejar. Tapi gw juga nggak mau pergi jauh-jauh untuk makanan seratus ribu.Ongkos pulangnya gimana ntar?
  5. Sate ini enak sekali. Semua blog memujinya. Kawan dan handai taulan gw yang sudah mencicipinya, juga mengatakan bahwa sate ini sangat sensasional.
  6. Warungnya ramai sekali. Jangan datang lebih dari jam 1. Karena biasanya di jam-jam makan siang satenya sudah habis. Lebih baik kalau pesan lewat telpon dulu. Wow...HITS banget ni sate.
  7. George Michael is gay.

Tak sampai semalam, gw sudah menguasai semua fakta tentang sate afrika. Sekecil apapun. Sampai-sampai, gw ingin menasbihkan diri gw sebagai Roid Taufan,ASA (Ahli Sate Afrika). Gw rasa fakta bahwa gw belum pernah ngeliat wujud sate afrika,tidak menghalangi keabsahan title gw sebagai ahli sate afrika. Memangnya ahli Dinosaurus sudah pernah bertemu dengan dinosaurus?

Keesokan harinya, dengan title yang melekat di nama, gw siap 100% menuju sate afrika. Sengaja gw gak makan, biar nanti kelezatan sate afrika bisa berlipat ganda. Kalo lagi lapar, tahi kucing juga serasa coklat. Dari Bintaro gw berangkat jam 9 karena harus nyampe di sana sebelum makan siang. Sebelumnya gw janjian dulu di Harmoni dengan Banu, dia dari Tegal. Kereta nyampe Gambir jam 11. Pas. Banu lebih norak dari gw. Dia rela dari Tegal ke Jakarta cuma mau makan sate afrika. What a commitment.


Dari harmoni naik Taxi. Tapi teryata supir taxinya nggak tau sate afrika. Jalan KS Tubun dia tau, tapi jalan itu luas. Akhirnya kita turun di suatu tempat di jln.KS Tubun. Nanya-nanya museum tekstil ke orang-orang di pinggir jalan (ternyata mulut ga bisa digantikan dengan googling), mereka nyaranin naik angkot yang melewati museum itu. Setelah naik angkot, akhirnya kita sampe di museum tekstil. Sate Afrika berada di antara museum tekstil dan gedung Indonesia Power.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12. Wah..alamat ga kebagian lagi. Pasti tempat itu sudah ramai sekali. Dalam bayangan gw, tangan orang afrika yang menjual sate itu tak berhenti mengipas-ngipasi sate. Sementara di depannya beratus-ratus orang mengantri sambil melambai-lambaikan duit ke udara, berteriak-teriak minta sate afrika. Makanya, begitu ngeliat warung yang sepi banget, gw langsung pengen balik lagi. Jangan-jangan ini warung palsu. Sate afrika palsu! Jangan-jangan pas gw mau makan, tukang satenya nyeletuk, "selamat makan..te sate afrikanya mas.Sli Asli dari Madura". Tapi Banu meneguhkan hati gw. "Yakinlah mas, ini memang sate Afrika itu. Lihat, ada peta afrika di dindingnya". Oh..bener kalo gitu. Kalo ada petanya gw percaya *pertimbangan yang dangkal*.


peta afrikanya ketutupan kepala orang afrika.
foto diambil dari sini


Segera gw menuju warung. Tak sabar rasanya. Gw udah laper banget! Belum makan dari pagi. Pelayannya langsung nanya, "sate afrika, berapa mas?". Karena laper banget, hampir aja gw nyeletuk, "10 porsi yang paling BESAR,mas.Cepat! Kalo bisa jangan domba yang disate. Orang afrikanya aja sekalian. Saya laper banget ini. Mau porsi besar. Cepaaaat". Tapi dompet berbicara. Suaranya lebih kuat dari perut. Kita akhirnya pesan satu porsi sate domba afrika saja, dibagi dua. Ngga jadi orang afrikanya.

Dan setelah memilih spot terbaik untuk duduk, akhirnya datanglah sate afrika pertama kami. Sebagai "nasi"nya, gw memesan pisang. Sedangkan sebagai "pisang"nya, Banu memesan nasi. Satenya ternyata sesuai bayangan gw. Sederhana banget. Emang cuma daging domba yang dibakar dan dibumbui dengan garam terus dikasih bawang bombay. Pisangnya ternyata dibakar, dan dipotong kecil-kecil. Rasanya manis. Awalnya emang aneh makan sate pake pisang, tapi ternyata lama-lama enak. Apalagi sambelnya lumayan enak. Eksotis rasanya. Sehingga kita seperti mencolek pisang ke tubuh Fahrani Empel.


foto diambil dari sini



Tapi karena gw bukan pecinta daging, setelah beberapa potong, gw jadi eneg. Apalagi bau-bau dombanya masih kerasa dikit. Kata orang-orang yang udah makan, baunya ga kerasa. Hmmm....mungkin orang-orang itu tinggal di kandang domba, sehingga bau yang sedikit itu tidak terasa. Apalagi mustard yang gw suka sekali nggak ada. Huh. Mana?Mana? Gw liat di meja ada botol mustard, tapi isinya cuma air. Mau nanya, malu. Mungkin mustardnya sudah dicampur ketika membakar sate. Tapi ngga. Ngga mungkin. Satenya cuma rasa garam gini.


Akhirnya di kasir ketika membayar (yg harganya lumayan mahal juga ternyata. Sate 37 ribu, pisang 13 ribu???huh!), gw beranikan diri untuk bertanya:"Mbak mustardnya mana ya? kok nggak ada?". Mbaknya jawab dengan ketus dan bibir atas naik 1 centi dan miring ke kiri 30 derajat, "Lah,itu yang dibotol, cairan itu namanya mustard. Terus ada yg udah dicampur juga ke sambelnya".

Anjrit. Malu gw. Gw pikir mustard itu sejenis mayonaisse tapi berwarna kuning. Kaya yang di dalem burger-burger itu. Harusnya ya gw ga cuma googling sate afrika aja. Tapi juga googling dengan keyword : Mustard. Damn! Nggak mau ah balik lagi ke situ.Maluuuuu (padahal karena emang nggak suka satenya karena nggak worth it. Harganya mahal dan tempatnya jauh tapi rasanya gitu doang. Tapi takut terus terang karena takut dituntut kaya Prita. Kalo dipakein "dalam kurung" gini nggak dituntut kan?).